Terima Kasih Atas Kunjungannya Ash-Shiddiq Community

Search

Minggu, 04 Desember 2011

Pemerintah Kucurkan Beasiswa bagi Fakultas dan Prodi Sepi Peminat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah memberikan beasiswa bagi mahasiswa yanhg mengambil program studi (prodi) dan fakultas yang sepi peminat. Demikian disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) Fasli Jalal di Jakarta, Senin (19/7), usai Nonton Bersama Anak Panti Asuhan .

Beasiswa diberikan melalui program Bidik Misi. Tanggung jawab pembagiannya langsung ke-104 universitas yang ada di naungan Kemendiknas dan Kementerian Agama (Kemenag).

Beberapa prodi yang sepi peminat antara lain Bahasa Daerah dan Ilmu Perbintangan dan Antropologi. Beasiswa diberikan ke prodi nonfavorit ini karena lulusan program studi ini masih dibutuhkan oleh negara. ''Kami akan jemput bola, merayu mereka dengan beasiswa agar mau masuk program studi tersebut,'' jelas Fasli.

Beasiswa yang diberikan oleh Bidik Misi ini ialah untuk biaya hidup sebesar Rp 500 ribu sampai dengan Rp 700 ribu per bulan serta bantuan biaya pendidikan sebesar Rp 800 ribu hingga Rp 2 juta per semester. 

Jika biaya pendidikan di suatu perguruan tinggi terpilih ternyata lebih tinggi dari dana yang tersedia, maka perguruan tinggi terpilih tersebut wajib memberikan bantuan biaya pendidikan sepenuhnya kepada penerima beasiswa. Beasiswa diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama  delapan semester untuk program Diploma IV dan S1, dan selama enam semester untuk program Diploma III dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.

Fasli mengklarifikasi, adanya prodi yang sepi peminat itu bukan hanya karena jarangnya calon mahasiswa yang mendaftar, akan tetapi bisa saja karena ada sejumlah peminat, namun kuotanya tidak cukup. Alasan lain bisa juga dengan peminat banyak namun yang lulus dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tidak banyak. “Mungkin juga karena ada yang sudah diterima di SNMPTN namun pindah ke universitas yang lebih baik,” jelasnya.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendiknas Djoko Santoso menambahkan, universitas harus meningkatkan kualitas agar tidak ada prodi yang sepi peminat. Jika calon mahasiswa melihat kualitas prodi itu bagus, maka mereka tidak akan segan mendaftar dan menempuh pendidikan di prodi nonfavorit tersebut.

Jika bangku kosong karena sepi peminat, jelas Djoko, maka universitas bisa saja mengadakan penerimaan mahasiswa lagi agar kuota terpenuhi. Sistem penerimaannya tanpa ada campur tangan dari Kemendiknas melainkan diserahkan sendiri ke masing-masing kampus.

Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Edy Suwandi Hamid setuju dengan pemberian beasiswa yang diutarakan Fasli yang juga pernah menjabat sebagai Dirjen Dikti itu. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) itu berharap, dengan diberikannya beasiswa dapat menarik mahasiswa untuk mempelajari prodi tersebut.

Edy menjelaskan, prodi yang sepi peminat itu ada di jurusan Biologi atau Pertanian. Sepi peminat ini, kata dia, yang menyebabkan banyaknya bangku kosong di SNMPTN. ''Harus ada evaluasi baik dengan SNMPTN dan program studi yang sepi peminat,'' tegasnya. 

Diketahui, bangku kosong di SNMPTN tahun ini mencapai 954 kursi. Eddy yang juga Ketua Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BK PTIS) ini menilai banyaknya prodi yang belum terisi mahasiswa itu tidak hanya menjadi tangung jawab universitas, namun juga Kemendiknas yang harus bersama dengan rektor untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi semua prodi.


Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/20/125542-pemerintah-kucurkan-beasiswa-bagi-fakultas-dan-prodi-sepi-peminat

Read more »

Pakar: Saatnya Prodi Pendidikan Luar Sekolah Dibuka Kembali


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pakar pendidikan Prof Dr M Yusuf Aziz, MPd menilai, program studi (prodi) pendidikan luar sekolah yang telah di passing out perlu dibuka kembali. Kebutuhan akan tenaga pendidik dan pengelola lembaga PAUD diperkirakan akan mengalami peningkatan menyusul langkah Kementrian Pendidikan Nasional menjadi PAUD sebagai program prioritas tahun 2011. 

''Pembukaan program studi pendidikan luar sekolah akan mendukung penyediaan sumber daya manusia yang akan menjadi tenaga pendidik dan pengelola lembaga pendidikan anak usia dini,'' kata Yusuf Aziz. Perguruan tinggi yang melakukan passing out program studi pendidikan luar sekolah, antara lain Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Lembaga PAUD umumnya dikelola oleh masyarakat dan pihak swasta. Memperhatikan posisi strategis anak usia dini, Aziz mengingatkan bahwa pendidikan anak usia dini harus dilakukan oleh tenaga profesional. Yusuf mengemukakan terdapat jalur pendidikan formal maupun informal untuk anak usia dini. Untuk pendidikan formal antara lain Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau yang sederajat. Sementara PAUD untuk jalur nonformal antara lain berupa kelompok bermain, taman penitipan anak atau bentuk lain sederajat. ''Pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggaraka n oleh lingkungan,'' kata Yusuf

Selain mengusulkan kembali pembukaan program studi pendidikan luar sekolah, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syah Kuala ini  juga mengingatkan perlunya akreditasi terhadap lembaga PAUD. Disisi lain, untuk penjaminan mutu program, diperlukan standar dan indikator-indikator yang jelas.

PAUD memang menjadi perhatian khusus pemerintah. Tahun 2014, kata Yusuf, pemerintah mematok target angka partisipasi kasar  72,6 persen. Maksudnya, dari seluruh anak usia dini yang ada diharapkan sekitar 21,3 juta telah menikmati pendidikan melalui lembaga pendidikan anak usia dini. Hingga tahun 2009, APK PAUD telah mencapai 15,3 juta vatau 53,6 persen.

Pertumbuhan APK PAUD yang belum setinggi APK pendidikan formal disebut Yusuf antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah komitmen pemerintah daerah. Ia menilai program dan kebijakan mengenai PAUD, ternyata tidak didukung dengan komitmen anggaran. ''Akibatnya, sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan untuk perluasan akses maupun kulitas masih sangat terbatas,'' kata Yusuf.

Belum adanya komitmen anggaran juga menyebabkan kurikulum standar dan indikator program yang diperlukan belum tersedia. ''Akibatnya, masing-masing penyelenggara berjalan sendiri-sendiri,'' kata Yusuf. Selanjutnya data skunder mengenai PAUD sendiri masih sulit didapatkan, sehingga menjadi kendala dalam penyusunan perencanaan.

Dalam pengamatan Yusuf Aziz, terdapat banyak kendala dalam pengembangan PAUD. Hal ini masih diperberat oleh rendahnya kesadaran orang tua dalam memberikan pelayanan terbaik pada anak usia dini. ''Banyak orang tua yang berpendidikan lebih memadai belum menyadari sepenuhnya betapa pentingnya pendidikan dan pembinaan anak pada usia dini. Akibatnya banyak anak pada usia emas tidak mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya, sehingga masa usia emas berlalu begitu saja,'' kata Yusuf.

Read more »

Inilah Penyebab Mengapa Pelajar Kesulitan Memilih Program Studi

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Selepas menyelesaikan pendidikan menengah atau sederajat, seharusnya pelajar dapat menentukan pendidikan lanjutan yang diminati. Namun, tidak jarang masih ditemukan pelajar yang kesulitan memutuskan jurusan atau program studi apa yang hendak diambil.

Psikolog Pendidikan, Elok Dianike M.Mpsi, menuturkan situasi itu termasuk wajar dialami para pelajar. Sebab, dari segi usia mereka tengah mengalami tahapan psikologis berupa pencarian jati diri. 

"Jadi tak heran bila minat mereka berubah seiring dengan dinamisasi perkembangan psikologisnya. Contoh saja, teman-teman minat dengan kedokteran, maka ia pun minat. Tak lama, niatan itu surut karena ada jurusan lain yang menarik minatnya," kata dia saat berbincang dengan Republika Online, Sabtu (3/12).

Selain perkembangan psikologis, lanjut Elok, sistem pendidikan di Indonesia hanya memprioritaskan mengejar prestasi akademis dengan memberikan kurikulum yang padat. Namun, sistem pendidikan tidak menopang minat dan pengenalan karir yang dibutuhkan pelajar. "Dua hal ini masih jarang diterapkan. Kalaupun ada hanya bersifat umum saja," kata dia.

Alasan lain, ada semacam stereotipe yang terbentuk dari orang tua dan lingkungan terhadap program studi. Akibatnya, pilihan anak menjadi terbatas, dan akhirnya memilih apa yang disukai lingkungan bukan dirinya. "Padahal, semua jurusan atau program studi itu sama," jelas Elok.

Dalam kasus poin ketiga, ungkap Elok, akan memberikan pengaruh bagaimana "rasa semangat" anak dalam menekuni pelajarannya. "Memang berhasil atau berprestasi, tapi ada perbedaan saat ia bekerja. Semangatnya itu tidak ada," ujarnya.

Untuk itu, Elok menyarankan agar para pelajar menggali potensi minat semaksimal mungkin bisa melalui diskusi, informasi dunia maya dan buku. "Harapannya, pelajar tak lagi bingung menentukan pilihan. Mereka akan yakin dengan pilihannya, melaksanakan sepenuh hati dan akhirnya berprestasi," pungkasnya. 

Read more »

Allah sebagai Pelindung

Oleh : Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag


Setelah Pemilihan Umum Pertama (1955), Hamka terpilih menjadi anggota Dewan Konstituante dari Masyumi mewakili Jawa Tengah. Setelah Konstituante dan Masyumi dibubarkan, Hamka memusatkan kegiatannya pada dakwah Islamiah dan memimpin jamaah Masjid Agung Al-Azhar, di samping tetap aktif di Muhammadiyah. Dari ceramah-ceramah di Masjid Agung itu lah lahir sebagian dari karya monumental Hamka, Tafsir Al-Azhar.

Zaman demokrasi terpimpin, Hamka pernah ditahan dengan tuduhan melanggar Penpres Anti-Subversif. Dia berada di tahanan Orde Lama itu selama dua tahun (1964-1966). Dalam tahanan itulah Hamka menyelesaikan penulisan Tafsir Al-Azhar.

Waktu menulis Tafsir Al-Azhar, Hamka memasukkan beberapa pengalamannya saat berada di tahanan. Salah satunya berhubungan de ngan ayat 36 Surah az-Zumar, “Bukan kah Allah cukup sebagai Pelindung hamba-Nya...”. Pangkal ayat ini menjadi perisai bagi hamba Allah yang beriman dan Allah jadi pelindung sejati.

Sehubungan dengan maksud ayat di atas, Hamka menceritakan pengalaman beliau dalam tahanan di Sukabumi, akhir Maret 1964. Berikut kutipan lengkapnya. “Inspektur polisi yang memeriksa sambil memaksa agar saya mengakui suatu kesalahan yang difitnahkan ke atas diri, padahal saya tidak pernah berbuatnya. Inspektur itu masuk kembali ke dalam bilik tahanan saya membawa sebuah bungkusan, yang saya pandang sepintas lalu saya menyangka bahwa itu adalah sebuah tape recorder buat menyadap pengakuan saya.”

“Dia masuk dengan muka garang sebagai kebiasaan selama ini. Dan, saya menunggu dengan penuh tawakal kepada Tuhan dan memohon kekuatan kepada-Nya semata-mata. Setelah mata yang garang itu melihat saya dan saya sambut dengan sikap tenang pula, tiba-tiba kegarangan itu mulai menurun.”

“Setelah menanyakan apakah saya sudah makan malam, apakah saya sudah sembahyang, dan pertanyaan lain tentang penyelenggaraan makan minum saya, tiba-tiba dilihatnya arlojinya dan dia berkata, Biar besok saja dilanjutkan pertanyaan. Saudara istirahatlah dahulu malam ini, ujarnya dan dia pun keluar membawa bungkusan itu kembali.

Setelah dia agak jauh, masuklah polisi muda (agen polisi) yang ditugaskan menjaga saya, yang usianya baru kira-kira 25 tahun. Dia melihat terlebih dahulu kiri kanan. Setelah jelas tidak ada orang yang melihat, dia bersalam dengan saya sambil menangis, diciumnya tangan saya, lalu dia berkata, Alhamdulillah bapak selamat! Alhamdulillah! Mengapa, tanya saya. Bungkusan yang dibawa oleh Inspektur M itu adalah setrum. Kalau dikontakkan ke badan bapak, bapak bisa pingsan dan kalau sampai maksimum bisa mati.

Demikian jawaban polisi muda yang ditugaskan menjaga saya itu dengan berlinang air mata. Bapak sangka tape recorder, jawabku sedikit tersirap, tetapi saya bertambah ingat kepada Tu han. Moga-moga Allah memelihara diri Bapak. Ah! Bapak orang baik, kata anak itu.

Dalam menghadapi paksaan, hinaan, dan hardikan di dalam tahanan, Hamka selalu berserah diri kepada Allah SWT. Termasuk ketika Inspektur M datang membawa bungkusan malam itu, Hamka tetap dengan pendirian. Bukankah Allah cukup sebagai pelindung hamba-Nya.

Read more »

Komentar